17 Desember 2009

Another side of 'Glamorous Jakarta'.

Hampir selama yang aku inget, aku hidup di lingkungan yang bisa dibilang cukup rapi, teratur, sibuk, ya... khas hidup di kota. Lebih spesifik: ibukota yang amat sangat hectic, yang terkenal juga amat sangat gemerlapan.
Tapi hari ini aku 'dipaksa' untuk ngelihat sisi lain dari kota Jakarta. Dan ini hasil'a...

Sayang aku ngga punya dokumentasi yang cukup buat ngasih lihat perbedaan yang cukup mencolok antara daerah perkantoran dan daerah rumah tinggal dan pasar di sekitarnya. Tapi bener"... apa ya, istilah'a? Kebanting abis!
Hari ini aku melakukan perjalanan panjang naik busway. Mulai dari Ragunan (koridor 6) sampe Salemba. Ragunan sih udah rute sehari" kalo mau ke kampus. Ngga ada yang istimewa. Sama aja. Tapi rute selanjut'a bener" baru buat aku. Aku naik koridor 4 dan bukan'a nyambung ke koridor 1 kayak biasa ke kampus. Awal'a, aku ngga ngeliat sesuatu yang beda. Masih sama. Tapi begitu masuk Matraman, barulah keliatan beberapa perbedaan yang cukup jelas. Nantilah dibahas'a. Di Matraman, aku nyambung koridor 5. Dan inilah puncak'a...
Koridor 5 itu rute Kp. Rambutan-Ancol. Di bis yang koridor 5 ini aku ngerasain beda'a, ngelihat beda'a. Bukan orang"a aja, tapi juga suasana dan akhir'a daerah'a. Orang"a beda pasti... di koridor 6 atau koridor 1 yang biasa aku naikin, orang"a rata" pake baju rapi, wangi, khas orang kantoran di kota, tapi yang ini (maaf banget) kadang bisa dilihat orang yang pake baju'a cuek -kayak aku hari ini yang cuek banget demi ngehindar dari hal" yang ngga enak- dan kesan'a ngga rapi ditambah lagi (sekali lagi maaf!) bau yang ngga wangi. Walaupun ngga sampe BB juga, cuma aku ngerasa aneh aja ada orang yang PD dengan keadaan kayak gitu.
Suasana'a... sebener'a ngga jauh beda. Kadang hening karena yang naik emang ngga pada berniat ngobrol di bis, kadang rame kayak pasar karena yang naik serombongan anak" umur sekolah yang bener" berisik. Tapi kalo di halte Matraman'a sendiri emang cukup berisik.
Lanjut soal daerah'a. Inilah yang jadi inti dari apa yang aku pikirin dari tadi. Aku yang emang biasa ngelihat segala sesuatu yang teratur dan cukup bersih untuk ukuran Jakarta, udah mulai dari masuk Manggarai 'dipaksa' ngelihat apa yang orang" untuk sekedar hidup di kota. Bangun rumah seada'a di pinggir kali yang bau'a nembus pintu bis ke hidung penumpang"a. Rumah" yang entah layak untuk tinggal apa ngga, bertebaran sepanjang kali. Bangunan" kecil lainnya di pinggir jalan yang entah untuk apa juga banyak. Belom lagi begitu lihat gimana 'biasa' orang" itu tinggal dan hidup di lingkungan yang kayak gitu.

Bener" potret yang berbalik 180 derajat dari apa yang ada di pusat kota dan apa yang ada kalo digeser sedikit aja ke pinggir. Daerah pusat dan sedikit ke selatan, bener" daerah yang glamor, gemerlap dengan ada mall dimana", lingkungan yang teratur, rumah" yang -walaupun kecil"- layak untuk tinggal. Digeser sedikit ke daerah timur, mulai kelihatan apa yang aku sebutin di atas tadi. Ke barat, walaupun masih cukup teratur dan bersih, daerah'a bener" gersang, air susah, kotor, kriminal. Ke utara, yang didominasi perumahan elit dan mall" yang gemerlap juga tapi ada kali yang bener" kotor dan langganan banjir.

Ada satu yang bisa aku simpulin hari ini...
There's another side of the glamorous Jakarta; the homeless and poor people, the no-water area and the always-flood area. It's wrong if you said that live in Jakarta is a prestige, for some, it's a disaster.

Aku bersyukur aku masih bisa ngerasain apa yang nama'a lingkungan yang teratur, bersih, 'beradab'. Dan dalam hati sambil berdoa semoga ke depan'a, ngga ada lagi perbedaan mencolok kayak yang aku lihat tadi.

1 komentar:

  1. Pembaca Setia Yor Virtual Diary24 Desember, 2009 06:40

    setuju !!
    tp boleh nanya ga , ngapain nyasar2 sampe koridor 5 ?

    BalasHapus